Bab 696
Bab 696 Istriku Hanya Berakting Sesuai Situasi yang Ada
Satu per satu anggota Keluarga Basagita lainnya juga mengakui kesalahan mereka.
Melihat anggota Keluarga Basagita yang arogan kini mengakui kesalahan mereka di
hadapannya dengan tulus, mata Luna langsung memerah.
Kesedihan yang dipendamnya selama ini, kini dilampiaskannya dalam bentuk bulir–bulir air
mata.
Sesuai anggota Keluarga Basagita, Luna tetap seseorang yang berhati lembut.
Luna mengeluarkan ponselnya dan berkata, “Kalau begitu, aku akan menelepon Tina terlebih dahulu dan memintanya untuk bertanya pada Bank Sentral….
“Tunggu.”
Tepat pada saat ini, Ardika menarik lengan istrinya.
Π
Melihat Ardika akan mengacaukan rencana mereka lagi, kebanyakan anggota Keluarga
Basagita menggertakkan gigi mereka dengan kesal.
“Ardika, Kakek dan yang lainnya sudah mengakui kesalahan mereka dengan tulus dan bersedia membiarkan kita kembali menjadi anggota Keluarga Basagita…” kata Luna pada Ardika.
“Sayang, ikut denganku.”
Ardika menarik istrinya ke samping, lalu berkata dengan volume suara yang kecil, “Kalau begitu, sekarang kamu pura–pura mengatakan nggak bisa membantu mereka untuk menguji mereka. Kalau mereka benar–benar tulus mengakui kesalahan mereka, aku akan
mendukungmu menyelamatkan Keluarga Basagita. Tapi, kalau mereka hanya membohongimu.
“Maka aku akan menjadikan drama ini menjadi kenyataan!”
Luna yang memahami maksud suaminya langsung menganggukkan kepalanya.
Dia berpura–pura menelepon Tina, lalu berjalan kembali menghampiri Keluarga Basagita dan berkata, “Kakek, aku sudah menelepon dan menanyakan kepada Tina. Tina mengatakan dia nggak bisa memprovokasi Bank Sentral, jadi dia nggak bisa membantu kalian.”
“Adapun mengenai utang–utang Keluarga Basagita itu, aku juga nggak berdaya.”
Selesai berbicara, dia menunggu reaksi anggota Keluarga Basagita.
Pada akhirnya, reaksi anggota Keluarga Basagita benar–benar berlebihan, jauh dari yang dia bayangkan.
Awalnya mereka tertegun sejenak dan menunjukkan ekspresi putus asa, lalu mereka mulai
menggila.
“Luna, dasar sampah! Kalau kamu nggak bisa membantu kami, seharusnya kamu bilang dari awal! Sia–sia saja sikap emosional kami tadi!”
“Kamu benar–benar nggak berguna! Ada Keluarga Septio yang menjadi pendukungmu, Keluarga Septio nggak bisa membantu! Ada Tina yang menjadi pendukungmu, Tina juga nggak bisa membantu!”
“Tunggu saja kamu! Jangan harap kamu bisa bersenang–senang setelah Keluarga Basagita hancur! Biarpun kami mati, kami juga akan menyeretmu mati bersama kami!”
Orang–orang ini sudah sepenuhnya putus asa.
Tanpa berpikir panjang lagi, mereka memilih untuk melampiaskan seluruh amarah dan kekesalan mereka kepada Luna.
Dulu, mereka juga melakukan hal yang sama pada Luna.
Luna yang sudah mempersiapkan mentalnya tidak mengucapkan sepatah kata pun.
Dia ingin melihat reaksi Tuan Besar Basagita.
“Luna, kamu… kamu benar–benar….”
Tuan Besar Basagita menunjuk Luna dan berkata dengan kesal, “Aku tarik kembali ucapanku tadi! Kamu nggak layak bermarga Basagita, kamu juga nggak layak menjadi Kepala Keluarga Basagita!”
Sambil tersenyum getir, Luna bertanya, “Jadi, kata–kata permintaan maaf Kakek padaku tadi hanya akting belaka?”
“Ya, benar! Apa kamu pikir aku benar–benar akan meminta maaf padamu?! Kamu pikir kamu siapa?!”
Tuan Besar Basagita tertawa dingin dan berkata, “Aku hanya berakting sesuai situasi saja.”
yang
ada
Begitu mendengar ucapan kakeknya, tubuh Luna sedikit terhuyung–huyung.
Ternyata semua ini hanya akting belaka.
“Kebetulan sekali, istriku juga hanya berakting sesuai situasi yang ada.”
Tepat pada saat ini, Ardika mengambil ponsel Luna dan menggoyang–goyangkannya di hadapan Tuan Besar Basagita. “Kamu sudah lihat sendiri riwayat panggilan ini, ‘kan? Istriku sama sekali nggak menelepon Tina.”
“Luna, kamu membohongi kami!”
Ekspresi Tuan Besar Basagita langsung berubah drastis.
Anggota Keluarga Basagita lainnya juga sama sekali tidak menduga hal ini.
Mereka langsung tercengang di tempat.
“Kalian nggak menyangka, ‘kan? Istriku sedang bermain–main dengan kalian! Dasar
sekelompok orang
bodoh!”
Ardika menggandeng tangan Luna dan berkata, “Sayang, ayo kita pergi. Biarkan saja Keluarga Basagita hancur.”
Luna mengikuti suaminya tanpa ekspresi, dia bahkan tidak melirik anggota Keluarga Basagita sama sekali.
Dipermainkan seperti orang bodoh, anggota Keluarga Basagita kesal setengah mati.
“Ah!!!! Luna, aku benar–benar ingin membunuhmu!”
“Ardika, dasar bajingan! Pasti idemu, ‘kan?! Istrimu sudah tidur dengan Liander dan mengkhianatimu, apa lagi yang kamu banggakan?!”
Ardika langsung menoleh dan berjalan menghampiri anggota Keluarga Basagita yang
berbicara itu.
Orang ini bernama Nikson Lumino, suami bibi ketiga Luna.
“Bam!”
Ardika langsung melayangkan tendangan ke arah orang itu sampai–sampai orang itu terpental) dan terjatuh ke tanah.
“Jangan lupa aku adalah pengidap gangguan jiwa! Siapa yang berani mengatai istriku lagi, jangan salahkan aku membunuh orang itu!”
Setelah mengucapkan beberapa patah kata itu, Ardika langsung berbalik dan pergi.
Melihat sikap dingin Ardika, anggota Keluarga Basagita benar–benar terkejut. Mereka semua terdiam tanpa berani mengucapkan sepatah kata pun lagi.
Saat ini, mereka benar–benar sudah putus asa.
Mereka berencana untuk menunggu nasib mereka, menanti dua hari lagi anggota Bank Sentral datang menemui mereka.
Sekelompok mayat hidup itu kembali ke kediaman lama Keluarga Basagita.
Begitu mereka tiba di kediaman lama Keluarga Basagita, mereka melihat beberapa orang sedang menunggu di sana.
Tuan Besar Basagita mereka adalah penagih utang. Dia menghampiri mereka dan berkata, Keluarga Basagita nggak bisa mengeluarkan uang lagi. Aku nggak punya uang, hanya ada satu
nyawa yang tersisa. Terserah kalian mau melakukan apa padaku.”
Dia sudah sepenuhnya menyerah untuk menjalani pengobatan. Material © of NôvelDrama.Org.
“Kami nggak menginginkan apa pun, kami datang untuk menyelamatkan Keluarga Basagita,” kata seorang pria paruh baya.
Menyelamatkan Keluarga Basagita?
Tuan Besar Basagita berkata dengan terkejut, “Siapa kalian?”
Pria paruh baya itu tertawa dan berkata, “Keluarga Misra Kota Lino.”