Menantu Pahlawan Negara

Bab 25



Bab 28 Bersikap Sopan dan Hormat 

Setelah memelototi istrinya sendiri, Ferry pun menoleh ke arah Luna yang ketakutan Dia segera 

membungkuk dan berkata, “Nona Lama, mohon maaf Anda nggak perlu menyerahkan diri, saya 

memang pantas dipukul oleh Anda Saya pantas dipukul.” 

Selesai berkata. Ferry kembali menampar wajahnya sendiri beberapa kali 

Melani yang berada di samping juga bengong ketika melihatnya Namun, dia tidak berani bersuara, karena tahu bahwa suaminya sudah menyinggung orang yang menyeramkan. 

“Pak Ferry, ini, ini 

Luna dan orang tuanya juga bingung. Ketika melihat Ardika datang, Luna segera bertanya, ” Ardika, apa yang terjadi?” 

“Aku pergi ke Departemen PUPR untuk menghajarnya, dia pun setuju nggak balas dendam lagi,” jawab Ardika sambil tersenyum. 

Mereka baru sadar bahwa tubuh Ferry dipenuhi oleh luka. Ferry berkata dengan takut, “Betul, 

Tuan Ardika sudah memberi saya pelajaran Nona Luna, saya tahu saya salah, saya nggak akan 

mengulanginya lagi.” 

“Pak Ferry nggak akan balas dendam lagi, ya?” 

Luna bertanya dengan khawatir, dia takut Ferry berkata seperti itu karena dihajar sampai 

ketakutan oleh Ardika. 

Takutnya setelah mereka pergi, Ferry akan memberikan balasan yang lebih kejam 

“Nggak akan lagi. Nona Luna, meskipun saya diberi sepuluh nyali atau seratus nyali, saya juga nggak berani membalas. Pak Ridwan juga sudah memberi saya pelajaran, Anda tenang saja.” 

Ferry merasa sangat malu. 

Selanjutnya, dia mengeluarkan sebuah dokumen dari tas kerjanya, lalu diberikan kepada Luna sambil berkata dengan sopan, “Ini adalah izin penjualan awal untuk Kompleks Prime Melati 

Silakan diperiksa dulu, Nona Luna.” 

Luna menerima dokumennya dengan ekspresi bingung. 

Ardika pergi ke Departemen PUPR untuk menghajar Ferry, kemudian masalahnya membesar 

sampai Wali Kota Ridwan datang? 

Setelah itu, Ridwan memberi pelajaran kepada Ferry dan menyuruhnya datang minta maaf? 

Kemudian, dia juga memberikan izin penjualan awal? 

+15 BONUS 

Mereka sulit memercayainya, tetapi fakta ada di depan mata. 

Kembali ke rumah, semuanya kembali normal. Mereka sekeluarga akhirnya merasa legal 

Namun, Desi masih memarahi Ardika, “Ardika, kamu hampir saja mencelakai kami. Untung saja 

bertemu dengan Pak Ridwan yang pengertian. Kalau orang lain, kami sekeluarga pasti akan mati.” 

Ardika pun terpaksa menerimanya. 

Keesokan paginya, ponsel Ardika tiba–tiba berdering. 

“Pak Ardika, Pak Juna dari Grup Bumantara yang merupakan developer Vila Cakrawala punya seorang adik sepupu yang menjalankan toko perabot. Mereka khusus bermain di perabot kelas atas. Vila Anda sepertinya masih belum ada perabot, apakah Anda ingin pergi melihatnya?” 

Suara Henry terdengar dari ujung telepon. 

“Baiklah, aku akan pergi melihatnya,” ucap Ardika sambil mengangguk. Henry memang cukup 

bijaksana. Vila Cakrawala masih kosong, Ardika memang perlu membeli beberapa perabot. 

“Kalau begitu, saya akan menyuruh sekretaris, Jesika, untuk pergi menjemput Anda. Sekarang 

dia juga termasuk karyawan Grup Sentosa Jaya, dia juga akan bertugas untuk melayani Anda.” 

“Baik,” jawab Ardika. 

Satu jam kemudian. 

Jesika Siantar dengan ekspresi dingin berdiri di samping Ardika. Juna Halim, manajer umum 

Grup Bumantara mengikuti Ardika dari belakang bersama Dennis Halim, pemilik Toko Perabot 

Ultima. 

“Tuan Ardika, bagaimana menurut Anda tentang perabot ruang kerja dari kayu rosewood yang 

saya tunjukkan?” tanya Juna dengan sopan. 

“Setelah dekorasi, saya berani jamin bahwa ruang kerjanya akan menjadi yang paling bagus di 

Kota Banyuli.” 

“Betul kata Pak Juna. Perabot ruang kerja dari kayu rosewood itu adalah rancangan dari seorang 

perancang kelas atas di Perusahaan Ultima. Kemudian kami juga menggunakan ahli yang terbaik 

untuk membuatnya dengan tangan. Hanya ada satu set… 

“Buka harga saja.‘ 

” 

Ardika malas mendengar basa–basi dari mereka, dia langsung memotongnya. 

Ardika memang tertarik dengan perabot tersebut. Kalau diletakkan di ruang kerja, ayah 

mertuanya pasti suka. 

Juna segera berkata dengan ekspresi malu, “Jangan bicarakan uang. Kalau Tuan Ardika 

273 

+15 BONUS All text © NôvelD(r)a'ma.Org.

menyukainya, saya bisa memberikannya kepada Anda 

Ardika meliriknya. 

Juna langsung terdiam. 

Jesika lalu berkata dengan dingin, “Pak Juna, satu utang budi dari Pak Ardika nggak bisa dibeli dengan perabot seharga puluhan miliar. Lebih baik urungkan niatmu, kita transaksi seperti biasa 

saja.” 

SURPERISE GIFT: 500 bonus free for you,activity time is limited! 

GET IT 

3/3 

  1. BONUS 

Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.